PEMIMPIN KRISTIANI: Pemimpin Masa Depan

Raymond Lukas

KALAU kita perhatikan sekeliling kita dan bertanya: ” Adakah pemimpin yang benar di Indonesia saat ini?” Mungkin kita akan sulit sekali memberikan jawaban. Indo-nesia memang sedang mengalami krisis kepemimpinan. Banyak pe-mimpin, namun sulit menentukan ‘who is the real leader’, siapa yang bisa jadi panutan?
Mungkin sama seperti di jaman Nabi Yehezkiel di mana pada Yehezkiel 22: 30 dikatakan sbb: “Aku mencari di tengah-tengah mereka  seorang yang hendak mendidirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Ku-musnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya”. 
Kalau kita membaca ayat-ayat sebelumnya keadaan Israel wak-tu itu di bidang kepemimpinan memang teramat parah.  Ayat 25 – 29 menunjukkan betapa buruknya kelakuan pemimpin-pemimpin ne-geri itu: 1) Pemimpin merampas harta masyarakat; 2) Imam-imamnya mengabaikan perintah Tuhan; Tokoh-tokoh masyarakat mengutamakan keuntungan diri sendiri; 3) Nabi-nabi mereka menipu; 4) Penduduk negeri melakukan pemerasan, perampasan dan penindasan kepada masyarakat.
 Bandingkan dengan keadaan di Indonesia saat ini.  Hasil kajian ICW terhadap Pilkada 2010 me-nyimpulkan tentang banyaknya potensi penyalahgunaan anggaran negara, manipulasi dana anggaran dan politik uang. Pada beberapa pemilihan bahkan sudah ada tokoh-tokoh pemimpin yang menjadi tertuduh tokoh penyeleweng. Di bidang peradilan, juga banyak kasus yang mencurigakan dengan rekayasa yang sangat canggih menunjukkan para tokoh di bidang peradilan juga sudah terkontaminasi dengan semangat korupsi yang luar biasa. Belum lagi kalau kita mengamati kejadian sehari-hari di mana banyak tokoh masyarakat menangguk keuntungan untuk kelompok bahkan untuk diri sendiri. Tidak kurang serunya juga perilaku tokoh agama yang seringkali menyesatkan masyarakat dengan pengajaran-pengajarannya.
Beberapa tahun lalu misalnya telah ditutup salah satu pusat pengajaran agama di Jawa Barat yang disinyalir mengajarkan ajaran sesat mengenai kiamat. Juga para pemimpin kristiani sendiri mendapatkan banyak tantangan dalam pengajaran mereka. Tidak sedikit yang secara langsung atau tidak langsung terjebak dalam praktek ‘perdukunan’ karena dianggap jemaat bisa meramalkan masa depan. Seorang pendeta mengeluhkan pengalamannya di mana sewaktu bersilahturahmi dengan jemaat diminta untuk meramalkan apakah bisnis seorang jemaat akan berhasil atau tidak. 
“Saya tidak menyalahkan mereka juga, karena banyak dari kita, para hamba Tuhan sendiri, mengesankan kita adalah peramal jitu. Misalnya, sering kali kita berkata, 'Tuhan mengatakan kepada saya, bahwa tahun 2011 ini adalah tahun di mana Bapak/ibu akan mendapatkan keuntungan berlipatganda sampai seratus kali lipat…..” kata hamba Tuhan tadi dengan senyum kecewa. Di antara para penduduknya sendiri, perampasan dan pencurian dilakukan dengan terus terang. Angka kejahatan terus meningkat. Baru-baru ini kita dikejutkan dengan pemberitaan sebuah bank asing di mana pegawainya yang cantik dituduh melakukan pencurian uang nasabah dalam jumlah yang fantastis. Juga bank yang sama dituduh melakukan penganiayaan lewat debt collector yang menye-babkan seorang nasabah  meninggal di ruang interogasi di bank tersebut.  Benar-benar mengejutkan!
Jadi, dapat dikatakan bahwa saat ini di Indonesia terjadi krisis kepemimpinan. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan pemimpin-pemimpin baru, pemimpin masa depan. Para pemimpin yang belum muncul termasuk para pemimpin kristiani  dipanggil untuk masuk ke dalam dunia kepemimpinan formal saat ini dan untuk masa depan.
Beberapa minggu lalu, saya mengajak anak saya untuk mendengarkan sesi penjelasan sebuah sekolah pendidikan yang memberikan master degree di bidang administrasi publik. Gelar yang diberikan adalah master of public administration. Saya mengatakan pada anak saya: “Ini saatnya, untuk anak-anak Tuhan memasuki bidang administrasi publik dan melakukan kebijakan publik yang benar”.
Ada baiknya kita melihat kembali dan sepakat dengan difinisi kepemimpinan yang bagaimanakah yang tepat untuk masa depan kita? W.C.H Prentice mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah disiplin yang secara khusus dipakai didalam sebuah kelompok untuk mempengaruhi secara khusus kelompok tersebut dan menggerakkan kelompok untuk mencapai tujuan –tujuan permanen yang menguntungkan kebutuhan kelompok tersebut.  Setiap kata dalam definisi di atas adalah penting.
Kita melihat kata “disiplin” yang menunjukkan bahwa sebenarnya seorang pemimpin adalah hasil dari sebuah proses. Jadi ‘leaders are made, not born’. Setiap pemimpin pasti ditempa oleh sebuah proses sehingga dapat menjadi pemimpin panutan yang handal. Secara khusus, kata ini menyiratkan adanya sebuah komitmen yang kuat di kalangan para pemimpin bahwa mereka dipanggil untuk memimpin. Bagi para pemimpin kristiani khususnya, ini seharusnya adalah komitmen secara spiritual.  Kepemimpinan yang mengacu kepada Kristus memiliki  keunggulan superior di mana pun di dunia. Artinya, dalam kesesakan, akan ditemukan jalan keluar – akan ditemukan kekuatan dan kebijaksanaan yang luar biasa. Dalam posisi puncak, akan ditemukan pengucapan syukur dan kerendahan hati sehingga semua situasi dapat menjadi seimbang.
Pemimpin sejati juga mempe-ngaruhi secara khusus artinya pengaruh ini bukanlah untuk me-maksakan kehendak kepada pihak lain. Banyak orang beranggapan pengaruh adalah kuasa (power) untuk memaksa orang lain. Jadi orang lain mengikut karena rasa takut. Sebaliknya, seharusnya orang mengikut karena rasa per-caya kepada pemimpinnya.  Jadi pemimpin sejati diikuti oleh para pengikutnya karena mereka mempraktekkan kasih, kerendahan hati dan pengendalian diri yang kuat sebagaimana tercermin oleh perilaku Tuhan Yesus Kristus. 
Rekan pemimpin kristiani, kita mengharapkan  munculnya pemimpin-pemimpin kristiani masa depan untuk kepentingan bangsa. Ciri-ciri pribadi bagaimanakah yang dicari para pengikut dari para pemimpinnya? Jawabannya adalah universal, artinya pemimpin jenis ini dicari di mana pun di dunia. Para pengikut mengharapkan para pemimpin masa depannya memiliki sifat-sifat  sbb: 1) Jujur dan terpercaya (integritas); 2) Tulus dan murni;3) Kompeten dan berkeyakinan; 4) Menatap ke depan dan proaktif (visionary); 5) Positif dan bersemangat.
Kelima unsur di atas tentunya ‘self explanatory’ tentang apa yang sebenarnya diharapkan para pengikut. Sayang sekali di masa sekarang ini kelima unsur di atas adalah hal yang langka. Dan kita mengharapkannya muncul dari generasi pemimpin baru masa depan. v

 

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *