
Pdt. Bigman Sirait
Follow Twitter @bigmansirait
Bapak Pengasuh,
Saya ingin bertanya perihal hikmat Allah dan hikmat manusia.
1. Apa maksudnya hikmat Allah dan hikmat manusia?
2. Bukankah hikmat itu hanya satu, berasal dari Allah?
3. Tertulis di 1 Kor 1:21, Bagaimana mungkin hikmat Allah yang diberikan kepada manusia bisa membuat manusia “dunia” tidak mengenal Allah oleh hikmatnya?
Demikianlah pertanyaan saya. Terimakasih atas penjelasannya, Tuhan Memberkati
Jefri – Jakarta
Jefri yang dikasihi Tuhan, dengan senang hati kita akan mengulas hal ini. Hikmat dalam Alkitab bisa berarti; pengertian (Ayub 39:17), kebijakan, atau bijaksana (Mazmur 136:5). Hikmat bukan soal pengetahuan teoritis yang sering kita sebut sebagai IQ. Hikmat lebih bersifat praktis, ketika seseorang membuat keputusan, dan berhasil mencapai apa yang dikehendaki, atau yang menjadi tujuan. Jadi hikmat bukan sebuah kemampuan pikir yang membuat seseorang disebut pintar. Tapi sangat berkaitan dengan kedewasaan dan pengalaman kehidupan. Hikmat terletak pada sikap hati (1 Raja-raja 3:9), yang membuat seseorang berpengertian, bijaksana. Sehingga keputusan-keputusannya seringkali melebihi kepintaran yang tanpa kebijaksanaan. Banyak orang pintar gagal, tapi keberhasilan orang berhikmat besar. Inilah defenisi hikmat.
Dari mana hikmat berasal? Sudah jelas Allah adalah sumber segala sesuatu. Hikmat berasal dari Allah, itu pasti. Nah, soal istilah hikmat Allah dan hikmat manusia bukanlah menunjukkan dua sumber hikmat, melainkan menunjukkan kedekatan orang yang berhikmat. Mari kita perhatikan dengan baik. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Namun, setelah kejatuhan kedalam dosa, ada manusia yang kita sebut pengikut Tuhan, tapi juga ada pengikut setan. Manusia baru dan manusia lama. Istilah ini, bukanlah berarti bahwa manusia ada dua jenis, dari dua pencipta, melainkan kualitas kerohaniannya. Semua manusia ciptaan Allah, tapi setelah kejatuhan kedalam dosa, tidak semua yang menjadi umat Nya. Lebih lanjut, manusia memiliki kemampuan berpikir dengan otaknya. Namun, ada yang memakai pikirannya untuk memuliakan Allah, tapi tidak sedikit yang justru menista Allah. Begitulah hikmat. Yang disebut dengan hikmat Allah, adalah hikmat yang sejalan dengan ketetapan Allah. Para nabi, rasul, dipenuhi oleh hikmat Allah. Sebaliknya, apa yang disebut dengan hikmat manusia adalah hikmat (yang berasal dari Allah), yang dipakai manusia dengan kekuatan dirinya sendiri, dan coba melawan Allah. Inilah realita akibat kejatuhan kedalam dosa. Manusia lupa pada penciptanya, bahkan tampil melawannya.
Jefri yang dikasihi Tuhan, di realita keberdosaan inilah kita dipanggil untuk menjadi saksi Nya. Dalam 1 Korintus 1:18-31; rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus tentang situasi keagamaan, dan sikap keimanan yang semestinya. Ada dua blok yang digambarkan disana. Yang satu adalah orang Yunani, yang pada jamannya dikenal sebagai pusat ilmu. Ada istilah di Yunani, jangan membicarakan hal yang kemarin, berbicaralah hal yang baru. Mereka berhikmat dalam ukuran kemanusiaan (anthroposentris). Semua berorientasi pada kemanusiaan. Sehingga mereka menggugat, apakah betul Yesus Kristus itu Allah. Sungguh tidak masuk akal mereka, bahwa Yesus yang Manusia, juga adalah Allah. Hikmat Yunani, sangat terbatas dalam mengerti Allah. Itu sebab rasul Paulus berkata, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan, karena tak dapat dimengerti. Yunani gudang ilmu, tapi Allah melampaui segala ilmu yang ada. Jadi bukan asal usul hikmat, melainkan kualitasnya. Rasul Paulus juga bukan orang bodoh, tapi dia mengerti salib itu adalah kebenaran bukan karena kepintarannya, melainkan karena hikmat Allah yang diberikan kepadanya. Paulus mengalahkan hikmat Yunani, karena Yunani tak mengenal, bahkan melawan penciptanya, sementara Paulus percaya, dan menaklukkan dirinya pada hikmat Allah.
Sementara blok kedua, orang Yahudi, meminta tanda. Ini sifat keagamaan yang menuntut mujijat atau peristiwa supranatural. Lucu, Yahudi ingin menguji Allah, itu sebab rasul Paulus berkata, bahwa salib bagi orang Yahudi akan menjadi batu sandungan. Karena mereka tak pernah bisa memahami salib, bahkan sebaliknya terus menerus menjadi seteru salib. Mereka tersandung, artinya, jatuh kedalam dosa karena tidak percaya kepada salib Yesus Kristus. Mereka mau Yesus Kristus memenuhi tuntutan mereka, dan bukan sebaliknya mereka memberi diri kepada Kristus.
Nah, salib disebut melampaui hikmat dunia, dalam arti manusia pada dirinya tidak akan pernah mampu memahami salib dengan benar, kecuali oleh pertolongan Roh Kudus. Semua hikmat dari Allah, namun tak semua manusia mengakui Nya, bahkan melawan Allah yang tidak terbatas dengan hikmatnya yang terbatas.
Jadi, dengan hikmat manusia (yang bergantung pada dirinya sendiri), tidak akan mampu mengerti Allah yang adalah sumber hikmat. Ingat, hal ini karena manusia telah jatuh kedalam dosa (Kejadian 3), sehingga hikmat manusia itu mengalami kerusakan, dan hanya bisa dibenarkan dengan percaya kepada Allah didalam Yesus Kristus (Efesus 4:17-24). Pembenaran oleh penebusan Yesus Kristus akan memampukan hikmat manusia mengerti akan Allah. Tanpa pembenaran, manusia tidak akan pernah mampu mengenal Allah dengan hikmatnya sebagai manusia berdosa. Jefri yang dikasihi Tuhan, semoga jawaban ini cukup jelas, dan kiranya bisa menjadi berkat bagi semua pembaca setia REFORMATA. Tuhan menyertai kita.