
Mengamati beberapa survei yang dilakukan beberapa Lembaga Kristen di Indonesia, perkembangan kaum muda Kristen di Indonesia, cukup memprihatinkan.
Salah satu Lembaga Kristen yang hasil surveinya dapat diandalkan adalah Bilangan Research Center (BRC). Pada tahun 2018 mereka melakukan survei terhadap 4.095 generasi muda Kristen (usia 15-25 tahun) di 42 kota dan kabupaten di Indonesia menunjukkan bahwa alasan utama remaja mulai berhenti datang ke gereja antara lain:
- Banyak kegiatan menarik di luar gereja (28,2%)
- Pemimpin atau kepemimpinan gereja yang buruk (21,2%)
- Bentuk ibadah yang tidak menarik (12,4%)
- Banyaknya kepura-puraan dalam gereja (11,2%)
Hal ini menunjukkan bahwa 61,8% remaja merasa gereja sudah tidak menarik dan tidak cocok bagi mereka.
Sebuah keniscayaan saat melihat hasil survei di atas bahwa kalangan muda menjauhi gereja. Gereja bukan lagi menjadi tempat membawa kaum muda mendekat kepada Tuhan. Tampaknya tempat itu sudah berubah menjadi seperti kuburan, tidak menarik dan dijauhi.
Hasil riset global oleh Barna Group mengungkapkan bahwa 82% responden muda dewasa menyatakan masyarakat menghadapi krisis kepemimpinan. Selain itu, hanya 15% generasi muda Indonesia yang merasa terinspirasi untuk menjadi pemimpin karena keteladanan seseorang di gereja, dan hanya 9% yang merasa mendapatkan pelatihan kepemimpinan dari gerejanya.
Sungguh memprihatinkan apabila gereja tiba di segmen menakutkan ini. Menjadi peringatan bagi hamba Tuhan, para Penatua, Diaken bahkan Aktivis Gereja untuk segera merenung ulang dan berubah dari kenyamanan. Lonceng peringatan sudah berbunyi. Genderang perang rohani seharusnya sudah berkumandang. Karena lawan kita si iblis tanpa kita sadari sudah merangsek masuk ke dalam jantung esensi tugas gereja. Memporakporandakan tugas utama gereja melalui berbagai program dan kesibukan rutin asal gereja ramai beracara.
Gereja perlu kembali kepada tugas utama dalam panggilannya. Kalau membawa kaum muda ke gereja hanya untuk masuk Sorga, maka gereja telah gagal dalam mengemban tugas dari Kristus. Kaum muda punya pilihan lebih banyak kegiatan ketimbang sekedar memikirkan masuk Sorga, yang belum menjadi prioritas mereka.
Di dalam Injil Yohanes pasal 17: 3 dituliskan: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Karena Sorga atau hidup yang kekal bukan soal sekedar percaya kepada Yesus Kristus, tetapi perlu mengenal siapa Yesus dan siapa Allah Bapa yang mengutus Yesus ke dalam dunia.
Filsuf Socrates, 2.500 tahun yang lalu pernah mengatakan “Kenalilah Dirimu”. Tanpa kita mengenal siapa kita, tidak mungkin dapat menjawab berbagai pertanyaan dan pergumulan diri sendiri. Kekristenan memiliki solusi yang jitu. Bukan mengenali diri sendiri yang utama. Tetapi seperti rasul Yohanes sampaikan, perlu mengenal Allah Bapa terlebih dahulu dan mengenal Yesus Kristus yang diutus Bapa ke dalam dunia. Dari situ kita baru dapat memahami keagungan manusia yang dicipta Allah sesuai Peta dan Teladan-Nya.
Hal di atas inilah sebetulnya menjadi jalan keluar yang gereja harus pikirkan. Pemimpin gereja perlu mengembalikan gereja berpusat kepada firman Tuhan. Membekali kaum muda dengan firman Tuhan yang berbobot dan membuka pemikiran mereka untuk mengenal Allah Bapa dan Yesus Kristus dengan pertolongan Roh Kudus. Agar mereka mengenal diri mereka, bertobat dan kembali ke gereja sebagai rumah rohani mereka.
Kalau kamu adalah Kaum Muda itu, tanyakan kepada diri sendiri. Apa sebetulnya tujuan hidupmu di dunia ini? Tuhan menciptakanmu, tentu dengan maksud dan tujuan yang mulia, apakah kamu sudah mengetahuinya? Masa muda hanya satu kali. Kembalikan hidupmu kepada Allah Pencipta satu-satunya yang telah mengutus Yesus ke dalam dunia. Jadikan hidupmu bermakna karena ada ditangan Allah yang mulia itu. Maukah kamu?