Irene Halasan Sumihar Sianturi , PASRAH SAMPAI BERSERAH

Lika-liku kehidupan seseorang dirangkai Tuhan berwarna. Ada kesukaran namun tetap ada kesukaan. Ada kebahagian namun juga pergumulan yang tidak berakhir. Semua silih berganti dalam tuntunan agung Sang Perancang hidup ini. Irene Halasan Sumihar Sianturi, sosok Ibu muda, dengan tampilan menarik dan funky membuatnya pasti dikenal berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya. Tampilan rambut yang dicat berbeda warna hampir setiap waktu, dandanan sederhana namun menarik, membuat Ibu 2 anak ini, terkesan fashionable dan memiliki kepribadian berani tampil beda.

Ternyata tampilan menarik lulusan Arsitek ini, semenarik hatinya kini. Itulah proses panjang jatuh bangun dalam kehidupan, hingga bertemu Kristus yang mengubahkannya. Hati lembut namun dingin karena kerasnya hidup yang telah dilewatinya. Terbentuk dari keluarga yang mapan, namun keras. Tempat yang berpindah-pindah karena tugas sang ayah menjadikan istri Rocky Nainggolan ini punya kemauan keras mencoba hal baru dan ingin membuktikan ekspresi kebebasan dari anggapan orangtua yang terkesan mengekangnya waktu itu.

Merantau di Manado, di tahun 1998 tanpa orang tua dan keluarga, membuat wanita kelahiran 1975 ini bertemu sang kekasih, yang kini menjadi suaminya,  Rocky Nainggolan. Kepribadian Rocky yang heboh, ceriah, gesit, suka bicara, dan pantang menyerah menjadikan Ira, sering dipanggil menerimanya sebagai suami dan ayah bagi kedua putrinya Neola dan Divine.

Masa-masa menjadi Ibu bagi kedua putrinya, menjadikan Ira mengerti bagaimana kuat walau lemah dan pasrah sampai menyerah. Ira bercerita dengan tatapan menahan tangis, dan  menekan suara yang dalam penuh makna. Pergumulan panjang sebagai seorang Ibu, yang membesarkan buah hatinya dalam rencana khusus TUHAN. “Pasrah belum tentu berserah. Namun, Tuhan membuat saya pasrah dan berserah. Berserah berarti memberi semuanya untuk diatur Tuhan”, ungkap Ira mengingat masa-masa sendiri bahkan bersama keluarga mendampingi Divine kala sakit sejak kecil hingga saat ini.

Kelahiran putri bungsunya, Divine di tahun 2007 tak ada harapan. Seorang diri  di rumah sakit, dan melihat perjuangan bayinya diujung kehidupan. Itulah yang membuat Ira, memahami arti pasrah dan berserah. Sepertinya tak ada jalan, walau seluruh upaya telah dilakukan. “Saat itulah, dalam tangis tak berhenti, kuserahkan semuanya diatur TUHAN. Dan mujizat itu terjadi, Divine masih dijinkannya hidup. Hingga kini memasuki kelas 12 di SMA negeri 68 Salemba, Jakarta”, ungkap Ira dalam ketegangan dan penuh haru karena pertolongan Tuhan menyelamatkan putrinya.

Mulai dari jakarta-Manado-gorontalo-manado-sorong dan kini di Jakarta Ira dan keluarga kecilnya sudah terbiasa berpindah-pindah mengikuti tugas sang suami. Tak mudah namun dijalani. “Kebahagiaan itu ada dalam diri kita, bukan dari luar. Karena Tuhanlah harapanku, satu-satunya”, ungkap Ira, singkat. Prinsip Ira, “kala masalah datang jangan lari, apalagi mundur, diam, dengarkan kata Tuhan. Disitulah Tuhan menggerakkan kita melangkah dalam pimpinanNya”, Tambah Ira antusias.

Perjalanan bersama Tuhan membuat Ira kini bergereja di Gereja Reformasi Indonesia, Salemba-Jakarta. Selain sebagai ketua Paduan Suara, Ira senang mendekor gereja dengan hiasan-hiasan penuh bunga. Tak hanya itu, Ira memberikan waktunya untuk berkunjung ke Sekolah Kristen Makedonia Ngabang untuk berkontribusi pada perkebunan dan menambah cantiknya tanaman disana. Kesempatan menjadi berkat, dipakai Ira memaknai hidup yang dianugerahi Tuhan baginya dan keluarga kecilnya.

Lidya Wattimena

Recommended For You

About the Author: Lidya Wattimena

1 Comment

Leave a Reply to hamba Allah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *