Jangan Golput!

Pesta demokrasi di Bangsa ini di gelar sebentar lagi. Dua hari ke depan, Rabu 17 April 2019, kita semua akan menentukan bersama arah negeri ini lima tahun kedepan. Sebagai Anak Bangsa sudah sepatutnya saya urun andil menjalankan tanggungjawab Saya dalam konteks berpolitik dengan ikut memilih. Dan itu sudah saya dan sebagian besar warga negara Indonesia yang berada di luar negeri ikuti pada Minggu 14 April lalu. Kalau Presiden sudah berjuang keras demi membangun negeri ini, berjalan kesana kemari, bukan demi tambahan tapi menjalankan kewajiban, masakan Saya yang sedang dirawat, untuk jalan dari Rumah Sakit ke TPS saja punya alasan.

Dalam memilih saya tidak memilih karena dia itu teman saya. Andaikata teman sekalipun, kalau tidak baik, maka saya tidak akan pilih dia. Pilihan hati saya jatuh kepada para pemimpin yang selama ini kita rindukan bersama. Dia adalah pemimpin yang jiwanya merakyat, tidak berhitung soal waktu, gaya tidak berubah atawa konsisten, dan tidak melibatkan keluarga dalam soal negara atau bangsa yang sedang dilayaninya.

Benar, ada begitu banyak dalih dan alasan orang untuk tidak datang memenuhi hak politiknya. Yang terdengar ditelinga alasannya karena orang merasa terancam ini dan itu. Saya jawab sederhana, akan jauh lebih terancam lagi kalau kita tidak gerak. Ketika kita diam saja orang sudah buat banyak kekisruhan. Makin kita diam, tanpa disadari kita sedang menjadikan mereka orang yang rasa punya kuasa. Jadi cuma satu dalam politik, berjuanglah dan nyatakan kebenaran. Pilihlah yang pantas, soal menang kalah itu nomor dua.

Berpolitik sejatinya adalah budaya menerima kalah menang, berbudaya politik yang benar, bagi saya adalah saling memperlajari antar lawan. Kita mulai dengan jabat tangan dan maka mengakhirinya pun dengan jabat tangan. Tapi, andaikata ada pernyataan yang berbeda dengan kenyataan sekalipun, cukup kita nilai, kita memiliki nalar untuk menilai dan kemampuan untuk melawan. Melawan tentu bukan dengan Meriam atau Bom atom, tapi cukup dengan SATU PAKU, selesai urusan. Khusus kepada anak-anak muda, jangan lari dari tanggungjawab mu bagi negeri ini. Kamu terlalu pengecut kalau lari dari itu. Namun demikian, kita, di sisi orang tua, pun jangan abai dengan Pendidikan politik pada anak cucu kita. Tunjukkan keteladanan kepada anak-anakmu. Saya secara pribadi, tatkala ada perhelatan pesta demokrasi di negeri ini akan selalu aktif mengajak dan memberi contoh kepada keluarga dengan jalan bersama menuju TPS.

Memilih adalah sebuah keharusan. Dalam memilih kita pun belajar, bahwa tidak selalu pilihan kita itu benar. Walaupun begitu, golput bukanlah jawabannya. Golput sebetulnya adalah sebuah gerakan yang merusak sendi-sendi demokrasi. Tapi kita juga tidak boleh menafikan jika para pemimpin bukanlah pemimpin yang sempurna sepenuhnya. Harus pula diakui, adakalanya kita menemukan kenyatan pemimpin yang kita pilih itu berbuat kekeliruan. Tapi jangan pula gegara pemimpin keliru, lalu kita ikut salah. Ini yang mesti dipikirkan.

Karena itu, sakit seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak menyalurkan hak politik kita. Walaupun saya masih lemah, dan butuh perawatan intensif, dengan tangan yang masih gemetar saya nyoblos dan tanda tangan. Syukur kepada Allah proses pencoblosannya berjalan lancar. Saya sendiri tidak terbayang bisa nyoblos, tanda tangan dan pulang. Tidak ada keraguan sedikitpun untuk melangkah menyalurkan hak politik saya. Kalau mati ya matilah, mau diapain?

Hidup ini bukan hanya soal hidup itu sendiri, soal makan dan keuangan. Tapi bagaimana hidup ini berguna bagi orang lain. Minimum, misalnya, kita bisa menjadikan perjuangan menyalurkan hak politik kita, kendati dalam kelemahan dan keterbatasan untuk mempengaruhi orang lain. Orang yang mulanya berpikir untuk golput, dengan melihat perjuangan kita tersebut tidak jadi golput. Entah siapa yang mereka pilih, itu haknya. Tapi satu pelajaran tertanam, JANGAN GOLPUT! Pesan saya, seperti ada pepatah ‘kalau tidak siap kalah jangan tanding’ dan ‘kalau tidak siap berperang jangan maju ke medan perang Tapi kalau sudah berperang jangan ada senjata rahasia untuk mencelakakan. Natural saja, rakyat tidak bisa dilawan kecuali ada hal-hal tertentu yang tidak terkoordinasikan.

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *