Di tulisan sebelumnya sudah dituliskan bahwa kelompok homoseksual (pelaku hubungan seksual sesama jenis kelamin), meyakini dan mempropagandakan bahwa yang tidak boleh dilakukan dan merupakan dosa adalah hubungan seksual dengan pemaksaan (pemerkosaan). Ini berlaku juga untuk hubungan heteroseksual (hubungan seksual dengan jenis kelamin berbeda). Kalau karena suka sama suka, itu tidak mengapa. Ini pemahaman yang salah. Di mana letak salahnya? Seperti apa pengertian yang sesungguhnya? Di sini akan dibahas dengan ringkas namun tetap jelas dan tegas.
Pandangan kelompok homoseksual bahwa yang dilarang Tuhan adalah hubungan seksual dengan pemaksaan (pemerkosaan) salah satunya terambil dari kisah di Sodom. Ketika orang-orang lelaki dari kota Sodom, dari yang muda sampai yang tua, tidak ada yang terkecuali, mengepung rumah Lot dan ingin berhubungan seksual dengan kedua orang tamu pria yang adalah penampakan malaikat (Kejadian 19:4-5). Memang ada unsur paksaan yang dilakukan oleh para pria di kota itu. Mereka mendesak Lot untuk membuka pintu, bahkan mereka berniat mendobrak pintu rumah Lot demi ’memakai’ kedua tamu pria di dalam rumah Lot (Kejadian 19:9). Meski hasrat para pria itu tidak terwujud karena mata mereka kemudian dibutakan, namun kota Sodom akhirnya dimusnahkan Tuhan dengan hujan api dan belerang.
Tentu merupakan tafsiran yang wajar jika dinyatakan bahwa, banyak pria di kota Sodom biasa melakukan hubungan sesama jenis (termasuk atas dasar suka sama suka). Sehingga mereka ingin melakukannya juga dengan pria asing yang datang ke kota mereka, meski harus dengan paksaan jika diperlukan.
Meskipun kasus homoseksual bukan satu-satunya dosa Sodom sehingga membuat kota itu dimusnahkan oleh Tuhan (bandingkan Yehezkiel 16:49-50). Namun praktik seksual sesama jenis yang menyimpang dan tak wajar ini jelas disebutkan sebagai alasan utama sehingga Tuhan murka dan membinasakan kota ini bersama dengan kota Gomora, sebagai peringatan kepada semua orang (bandingkan Yudas 7). Bahkan kata ’sodomi’ yang dikenal sekarang terambil dari kata Sodom, sebuah kota yang diingat, di mana praktik homoseksual terjadi.
Sejak awal penciptaan manusia, Tuhan menjadikan manusia itu laki-laki dan perempuan dan menginisiasi pernikahan di antara keduanya. Tuhan juga menginginkan manusia bertambah banyak (Kejadian 1:26-28). Ini hanya dimungkinkan jika hubungan seksual dilakukan antara seorang pria dan seorang wanita. Hubungan seksual punya tujuan prokreasi (menghasilkan keturunan) yang terikat dalam sebuah relasi (pernikahan), bukan sekadar rekreasi sebagai pemuas berahi.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa sejak semula Tuhan menjadikan manusia laki-laki dan perempuan (Matius 19:4). Ini menyiratkan bahwa sebuah pernikahan, di mana ada hubungan seksual di dalamnya, adalah antara seorang pria dan seorang pria wanita. Bersifat heteroseksual (berbeda jenis kelamin) dan monogami (memiliki satu pasangan).
Alkitab dengan tegas dan jelas melarang praktik hubungan seksual sejenis atau homoseksual. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memandangnya sebagai dosa yang sangat serius dan berakibat fatal baik di kehidupan sekarang yang temporal, maupun di kehidupan akan datang yang kekal.
Mari perhatikan beberapa ayat Alkitab berikut ini:
Imamat 18:22 ’Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.’
Imamat 20:13 ’Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.’
Roma 1:27 ’Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.’
1 Korintus 6:9b-10 ’Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.’ (Kata yang dipakai untuk homoseksual di ayat ini adalah pemburit. Artinya orang yang memburit atau bersetubuh sesama laki-laki).
Amat jelas dan tegas larangan serta hukuman Tuhan terhadap praktik homoseksual. Semua tertera di dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Meskipun istilah homoseksual baru ada di zaman modern, namun praktik seks menyimpang ini dengan jelas ditentang dan dilarang oleh Tuhan melalui Alkitab. Meskipun tidak menggunakan istilah homoseksual, toh istilah maupun penjelasannya jelas mengacu pada makna yang sama dengan istilah homoseksual. Misalnya pemakaian istilah pemburit, ataupun penjelasan mengenai seorang laki-laki tidur dengan laki-laki, secara orang bersetubuh dengan perempuan. Ini jelas merupakan makna yang sama dengan istilah homoseksual.
Oleh karena itu, penerbitan Alkitab versi Queen James pada akhir tahun 2022 lalu alih-alih mencegah salah tafsir firman Tuhan, justru menyalahtafsirkan firman Tuhan yang sejati demi membenarkan penyimpangan perilaku seksual mereka. Umat Tuhan mesti waspada. Jangan beli Alkitab mereka. Jangan tersesat bersama pandangan mereka. Terkait apakah tiada ampunan bagi dosa homoseksual mereka, dan bagaimana bersikap serta menolong mereka sebagai personal, komunal maupun institusional, akan dibahas di tulisan dan kesempatan berbeda.
SUP ini berkhasiat menyatakan kebenaran. Kesalahan pun jadi jelas kelihatan. Kelompok mereka yang salah tafsir, kok justru bertingkah nyinyir. Kita yang telah tersesat dalam anasir, atau malah mereka yang ternyata pandir. Ayo baca dan bagikan agar kebenaran terus bergulir dan kesesatan makin tereliminir.